‘ADAD
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Study teks PAI
Dosen
Pengampu :
Pepe iswanto,M.Pd.I
Disusun
oleh :
Elva Triana
Gina Hana Af’idah
FAKULTAS
TARBIYAH
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
INSITUT
AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Study Teks
PAI ini dengan judul “ ‘ADAD”.
Kemud ian, tidak lupa
shalawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda alam
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para shahabatnya dan kita selaku
umatnya. Amin.
Penulis
menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis berharap adanya kritikan dan saran dari berbagai pihak, yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata,
semoga makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
pembaca. Amin
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Bahasa Arab adalah bahasa Islam,
bahasa al-Qur’an, bahasa sunnah dan bahasa ilmu pengetahuan. Oleh karena itu
mempelajari Bahasa Arab tujuannya adalh untuk dapat memahami Al-Qur’an dan
as-Sunnah serta kitab-kitab pengetahuan yang berbahasa Arab secara baik dan
benar.
Mempelajari Bahasa Arab tidaklah
sama-sama seperti mempelajari bahas-bahasa lain seperti bahas Indonesia, bahasa
Inggris dan sebagainya. Berbagai macam ilmu-ilmu yang dipelajari dalam Bahasa
Arab. Akan tetapi yang menjadi dasarnya adalah diperlukan memahami tata bahasa
Arabnya dahulu, yaitu mampu menguasai Ilmu Nahwu dan Sharaf sehingga memudahkan
dalam mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya.
Dalam makalah yang singkat ini
penulis mencoba untuk menjabarkan ‘Adad sebagai salah satu objek kajian dalam
Ilmu Bayan yang menjadi salah satu dari ketiga Ilmu Balagah atau lebih dikenal
Semantik Arab.
B.
Rumusan Masalah
ü Apa yang dimaksud
dengan ‘Adad ?
ü Bagaimana
Menemukan adad dalam teks keagaaman ?
C. Tujuan Masalah
ü
Untuk mengetahui pengertian ‘Adad
ü
Untuk menemukan adad dalam teks
keagamaan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian ‘Adad dan Ma’dud
Contoh : اشترى حامد
فى الدكان خمسة اقلام و ثلاث مسطرات , artinya : Hamid
belanja 5 polpen dan 3 penggaris di toko. Kalimat tersebut mengandung ‘Adad
ma’dud, yaitu : kata خمسة dan ثلاث namanya : ‘Adad,
sedangkan kata اقلام dan مسطرات namanya ma’dud.
Jadi 'Adad adalah sesuatu yang menunjukkan bilangan, satu, dua, tiga dan
seterusnya. Sedangkan Ma'dud adalah yang menunjukkan “sesuatu” yang terhitung.
Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Syauqi Dhaoyf , bahwa 'Adad adalah
setiap kata benda atau kata sifat yang menunjukkan jumlah sesuatu, atau yang
menunjukkan sebuah urutan.
Kaidah-Kaidah ‘Adad dan Ma’dud
Dalam pelajaran kaidah-kaidah 'Adad
dan Ma'dud, biasanya 'Adad dibedakan kedalam beberapa bagian ,
yaitu 'Adad idhafah, 'Adad murokkab, 'Adad ‘Ataf ma’thuf, dan 'Adad ‘uqud. Adapun kaidah-kaidahnya sebagai
berikut:
ü 'Adad Idhafah
Yang dimaksud 'Adad idhafah adalah
bilangan yang dimulai dari angka 3 (tiga) - 10 (sepuluh). Jika 'adad –'adad
tersebut disambungkan atau dimudhafkan dengan suatu isim, maka akan
memiliki kaidah-kaidah tertentu, sebagai contohnya adalah sebagai berikut:
ثلاثة رجال ,
ثلاثة أقلام
ثلاث نساء ,
ثلاث أيد
Dari contoh pertama dan kedua
tersebut bisa kita lihat, bahwa kedua 'Adad tersebut, yakni kata ثلاثة dan ثلاث dibentuk dengan
jenis yang berbeda, contoh yang pertama menggunakan ta’ marbuthah (
mu’annast ),dan ma’dudnya berasal dari isim mudzakkar ( رجال , أقلام ), sedangkan
contoh yang kedua tidak menggunakan ta’ marbuthah ( mudzakkar ), dan ma’dudnya
berasal dari isim mu’annats ( نساء , أيد), selain itu ma'dud
kedua contoh tersebut dalam bentuk jama’ , dan dibaca jer . Maka
dapat kita simpulkan paling tidak ada tiga kaidah yang bisa kita ketahui, yaitu
:
a. Antara 'adad dan ma'dud
dalam 'adad idahafah selalu berlawanan dalam hal mudzakkar dan mu’annats
b. Ma'dud dalam 'adad
idhafah harus selalu dibentuk menjadi isim jama’ dan selalu dibaca jer
c. Ketika melihat ma'dud apakah
mudzakkar atau mu'annast , hendaklah dilihat ketika mufradnya,
contoh kata جنيهات bukanlah mu'annast, tapi kita anggap
mudzakkar, sebab mufradnya adalah جنيه , jadi bukan ثلاث جنيهات tapi yang benar
adalah ثلاثة جنيهات
.
d. Sedangkan untuk bilangan 1 ( satu
) dan 2 ( dua ), selamanya harus sesuai dengan ma’dud dalam hal mudzakkar
dan mu’annats, contoh : رجل واحد ,
إمرأة واحدة , رجلان اثنان , إمراتان اثنتان. Jadi, untuk bilangan 1 (satu ) yakni واحد , mu'annastnya
adalah واحدة
, sedangkan bilangan 2 ( dua ), yakni اثنان untuk mudzakkar ,
dan اثنتان
untuk mu'annats, dan keduanya jika harus dibaca rafa’ , sedangkan jika
dibaca nasab dan jer , اثنين ( untuk mudzakkar
) dan اثنتين
( untuk mu'annast ).
ü ‘Adad Murokkab
‘Adad
murokkab dimulai dari bilangan 11 (sebelas) – 19 ( sembilanbelas ). Tarkib
inipun memiliki aturan-aturannya sendiri, kita ikuti dulu contoh berikut ini :
مكثنا فى الإسكندرية أربعة عشر يوما وخمس عشرة ليلة
Kata أربعة عشر
dan kata خمس عشرة tersusun dengan pola yang berbeda dalam hal mudzakkar
dan mu’annastnya, padahal keduanya sama-sama masuk kategori ‘adad
murokkab , hal ini karena masing-masing memilki ma’dud
yg berbeda, yakni pola pertama ( يوما
) mudzakkar, sedangkan pola kedua ma’dudnya ( ليلة
) mu’annats . demikian juga terjadi pada puluhannya, yaitu عشر
dan عشرة . Maka aturan-aturan itu bisa kita simpulkan sebagaiberikut :
a. Satuan
selalu berlawanan dengan ma’dud, yakni jika ma’dudnya mudzakkar
maka satuannya menggunakan ta’ marbuthah, sebaliknya jika, jika ma’dudnya
mu’annasts, maka satuannya tanpa ta’ marbuthah.
b. Berdeda
dengan satuannya, puluhan selalu sesuai dengan ma’dudnya dalam hal mudzakkar
dan mu’annats .
c. Ma’dud
selalu mufrod dan dibaca nasab , karena tamyiz .
ü ‘Adad ‘Athaf
Ma’thuf
‘Adad ini
dimulai dari 21 (duapuluh satu) - 99 (sembilanpuluh sembilan), selain 20, 30,
40 - 90. contoh :
@ جاء تسع وتسعون تلميذة
@ عالج الطبيب خمسة وعشرين مريضا
Tidak berbeda dengan ‘adad
yang sebelumnya, bahwa satuannya selalu bertentangan dengan ma’dud. Yang
membedakan dengan ‘adad murokkab adalah terdapatnya واو العطف yang berada
diantara satuan dan puluhan. Untuk puluhannya kita lihat contoh yang pertama
dibaca rafa’, sedang contoh yang kedua dibaca nasab, ini karena
puluhan tersebut i’rabnya mengikuti i’rab satuan. Artinya jika
satuannya dibaca rafa’ , maka puluhan juga dibaca rafa’ ,
demikian juga jika satuannya di baca nasab / jer , maka puluhan juga
dibaca nasab / jer . Jadi kaidah-kaidah yang bisa kita tarik adalah :
a. Sama seperti ‘adad
sebelumnya, bahwa satuan selalu berlawanan dengan ma’dudnya dalam hal mudzakkar
dan mu'annats
b. ‘I’rabnya “puluhan”
senantiasa mengikuti “satuan” ( hukum athaf dan ma’thuf ), sedangkan ‘i’rabnya
satuan tergantung kedudukannya dalam kalimat, artinya jika satuan tersebut
menjadi fa’il misalnya, maka harus dibaca rafa’, jika menjadi maf’ul
bih, maka harus dibaca nasab.
c.
Ma’dud senantiasa dibaca mufrad
nasab.
ü ‘Adad ‘Uqud
‘Adad ini
berupa puluhan, mulai dari 20, 30, 40, 50 - 90. Sebelum kita lihat aturan-aturannya
kita lihat dahulu contohnya :
@وواعدنا موسى ثلاثين ليلة
@فى القاعة عشرون طالب وثلاثون طالبة
Puluhan-puluhan yang ada dalam kedua
contoh tersebut , dibaca berbeda, contoh yang pertama puluhan dibaca nasab ,
sedang contoh yang kedua puluhan dibaca rafa’, hal ini karena
masing-masing puluhan tersebut menempati kedudukan yang berbeda dalam kalimat.
Pada ma’dud kita lihat dalam bentuk mufrad dan dibaca nasab. Maka
kaidahnya adalah :
a. Pada puluhan berlaku hukum jama’
mudzakkar salim dalam hal ‘I’rabnya, yakni jika harus dibaca rafa’
, maka menggunakan tanda ون ( ثلاثون ), tapi jika
harus dibaca nasab / jer, maka tandanya adalah ين ( ثلاثين ). Sedangkan cara
menentukan i’rabnya, tergantung kedudukannya dalam kalimat.
b. Ma’dud selamanya berupa isim mufrad
dan dibaca nasab.
Dari kaidah-kaidah tersebut, kalau
kita cermati sebenarnya aturan yang ada pada tarkib ini, pada dasarnya hanyalah
seputar mudzakkar dan mu'annatsnya antara ‘adad dan ma’dudnya
saja, selebihnya adalah aturan-aturan lain yang memang telah ada, misalnya
tentang tamyiz yang ada pada ma’dud tarkib ‘adad murakkab
dan athaf ma’thuf, tentang idhafah yang terdapat pada ‘adad
idhafah, tentang waw athaf, yang terdapat pada tarkib ‘adad
‘athaf ma’thuf, dan tentang hukum jama’mudzakkar salim, yang
terdapat pada tarkib ‘adad ‘athaf ma’thuf dan ‘adad ‘uqud.
Walaupun hanya tentang mudzakkar
dan mu'annast, masih sangat terasa betapa banyak aturan yang ada yang
terdapat dalam kaidah-kaidah tersebut . Kaidah-kaidah itu hanyalah sebagian
dari kaidah-kaidah yang ada, karena sebenarnya masih banyak hal-hal yang belum
disampaikan, misalnya tentang bagaimana mudzakkar dan mu'annastnya
bilangan satu dan dua, bagaimana kalau ma’dudnya dua, dan terdiri dari mudzakkar
dan mu'annast, dan sebaliknya, serta bilangan seratus, seribu dan
seterusnya. Hal ini dari sisi pengajaran, tentu bisa menyebabkan kesan bagi
siswa, bahwa bahasa Arab itu susah, apalagi jika disampaikan oleh guru yang
kurang kompeten dibidangnya.
B.
Menemukan Adad Dalam Teks Keagamaan
-
وَمَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ . لَا تُبْقِي وَلَا تَذَرُ . لَوَّاحَةٌ لِّلْبَشَرِ
. عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ (المدثر: ۲٧-۳۰)
“Tahukah kamu apakah
(neraka) Saqar itu?. Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka
Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Dan di atasnya ada sembilan belas
(malaikat penjaga).” (Al-Muddatstsir: 27-30)
- إِنَّ عِدَّةَ
الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ
اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
(التوبة: ۳٦)
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah
adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit
dan bumi, di antaranya empat bulan haram". (At-Taubah:
36).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
'Adad adalah sesuatu yang
menunjukkan bilangan, satu, dua, tiga dan seterusnya. Sedangkan Ma'dud adalah
yang menunjukkan “sesuatu” yang terhitung. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan
oleh Syauqi Dhaoyf , bahwa 'Adad adalah setiap kata benda atau kata sifat yang
menunjukkan jumlah sesuatu, atau yang menunjukkan sebuah urutan.
B.
Saran
Dari awal pengkajian
materi makalah ini yang saya utarakan hingga pada penyampaian saran ini, saya
berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
yang membaca sebagai acuan pengenalan ‘Adad .
Semua uraian materi Makalah ini banyak kekurangan
yang ditemukan maupun banyak penjelasan yang kurang tepat baik dari segi
bahasanya maupun dari segi penyusunanya. Oleh karena itu, masukan yang bersifat
membangun dan berupa saran, kritik, sanggahan, maupun yang lainnya saya terima
dengan senang hati sebagai bahan penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ma’arif syamsul, Nahwu kilat: perpaduan antara teori
dan praktek ,Bandung: Nuansa Aulia ,2008.
https://bukablogdikdik.wordpress.com/2015/03/06/makalah-bahasa-arab-mengenai-adad-madud/
kalau dalam pembahasan di kasih footnote kaya lebih baik, supaya jelas referensinya, utk teorinya
ReplyDelete