Monday, November 11, 2019

Model Pembelajaran Laboratoris


Model laboratoris


1.     Tujuan dan asumsi
model ini menolak darim konsep T-Group Experiance yang menitikberatkan pada proses intrapersonal, interpersonal, dinamika kelompok dan pengarahan diri. Lebih jauh dijelaskan oleh Joyce dan Weil (1986:279-283), bahwaproses intrapersonal memberi tekanan pada tujuan yang akan dicapai, yaitu pengetahuan sendiri atau self-knowledge. Mendapat wawasan terhadap perilaku dan reaksi seseorang, khususnya dengan cara memperoleh umpan balik dari orang lain merupakan tugas belajar atau learning taks.proses interpersonal memusatkan perhatian pada dinamika hubungan antar individu yang berupa hubungan mempengaruhi, umpan balik, kepemimpinan, komunikasi, penyalesaian konflik, memberi dan menerima bantuan, kekuasaan dan kontrol. Tujuanya ialaih untuk mengerti kondisi dan kemudahan atau hambatan terhadap berfungsinya kelompok. Kesemua tujuan itu akan dicapai dengan cara meningkkatkan kesedaran, dan berubah sikap menuju perilaku yang baru. Semangat untuk meneleti atau melakukan proses inquiry sangat penting dalam keselaruhan proses pencapaian tujuan model ini.

Model laboratoris ini memiliki empat elemen dasar. Pertama, situasi yang kurang bertujuan, kurang terpimpin dan kurang tersusun acaranya. Disisni , kekaburan situasi menimbulkan ketegangan, dan kemungkinan siswa memberikan respons terhadap kehidupan itu yang pada akhirnya dilakukan dengan pengarahan. Kedua, orientasi terhadap pertumbuhan dan pengembangan kelompok. Ketiga, data yang menjadi bahan analisis adalah pengalaman da umpan balik yang diperoleh siswa pada saat mereka belajar bersama. Keempat, para anggota kelompok dan pengajar seyogyanyamwlaksanakan peranan  sebagai pengamat yang terlabat atau participant observer.

2.     Sintakmatik
Model ini tidak memiliki tahapan kegiatan yang ketet. Tahapan kegiatan yang dikepangkan bervariasi sesuai dengan rancangan pertemuan laboratoris sendiri. Biasanya strutur T- Group merupakan struktur utama. Struktur T-Group ini meliputi dua tahap utama dengan tahapan yang kecil untuk masing-masing tahapan utama, seperi diuraikan dalam tabel berikut.


                                        Tabel tahap pengembangan T-Group

tahap ketergantungan : hubungan dengan kekuasaan sebagai isu pokok
Saling ketergantungan: perduli terhadap orang lain dan kerja sama memecahkan masalah umum.
1.       Ketergantungan ( kebutuhan akan adanya perantara dan pemimpin)
2.       Kontra ketergantungan ( menhindar diri dari pemimpin, munculnya dua kelompok yang berbeda keinginan)
3.       Pemecahan masalah ( munculnya keinginan untuk memanfaatkan waktu lebih baik; penghargaan terhadap pelatih; pengenalan terhadap macam- macam sikap, rasa percaya dan kerjasama.
1.       Pemikat (solidaritas kelompok, perasan positif)
2.       Pemecaran (keperdulian terhadap perbedaan, dan keeterlibatan lebih banyak, serta rasa takut diserang)
3.       Validasi kesepakatan ( penyiapan untuk mengakhiri kelompok, evaluasi keterlibatan, sadar akan tanggapan terhadap orang lain).


3          sistem sosial
Setelah pengajar membangun situasi yang membingungkan, pengajar sebagai pelatih menjelaskan bahwa ia tidak akan berfungsi sebagai pemimpin tapi sebagai anggota kelompok. Disisi lain struktur tidaklah tampak, dan kelompok harus bertanggung jawab untuk mengarahkan pertumbuhannya sendiri. Memang iklim belajar T-Group ini merupakan situasi yang sangat mendukung dan menciptakan proses belajar yang bersifat kerjasama namun masih tetep dalam batas yang dapat diteroransi.
4        Prinsip pengolahan / reaksi
Pelatih, dalam hal ini pengajar mmegang berbagai peranan dalam T-Group, yakni sebagai: pengamat yang terlibat, anggota kelompok, pemberi contoh, damsebagai mediator atau peranana. Didalam melakukan moderasi ini kelompok akan sangat bergantung pada model perilaku kelompok yang baik seperti terbuka, jujur, terarah, bersemangat belajar yang tinggi, mau dan mampu memberi dan menerima umpan balik, dan bersifat mendukung.
5       sistem pendukng
saranamenkudung yang diperlikan dan paling utama ialah pengajar/ pelatih yang berpengalaman dalam model ini. Model ini dapat dilaksanakan dalam situasi kelembagaan, situasi kelas, dan situasi yang diintegrasikan dengan kehidupan shari heri.
6       dampak instruksional dan pengiring
model ini memiliki dampak instruksional dan pengiring ssebagai berikut:
a.     dampak instruksional:
Ø  kemampuan mengatasi perubahan-perubahan
Ø  wawasan terhadap perilaku  interpersonal
Ø  kemampuan dalam bersepakat dan Eksresi diri
b.     dampak pengiring:
Ø  teloraansi terhadap kebinekaan
Ø  penerimaan atas hakikat afektif dari respons manusia.
Untuk kepentingan praktis model tersebut dapat diadaptasikan dalam bentuk kerangka operasional sebagai berikut
                               Model laboratoris

Kegiatan pengajar
Lankah pokok
Kegiatan siswa
·         beri stimulasi suatiu isu
Rasa tergantung
·         beri respon
·         ajukan petanyaan pemicu pendapat yang bertolak belakang
Dorongan mandiri
·         kenali adanya kontradiksi
·         ciptakan situasi pemecahan masalah
Pemecahan masalah
·         diskusikan pemecahan kontradiksi tersebut
·         ajukan pertanyaan pemicu keterlibatan
Rasa terlabat
·         rasakan perlunya kebersamaan
·         ciptakan situasi yang mengundang keperdulian
Rasa perduli
·         Tunjukan keperdulian terhadap orang
·         minta untuk menilai diri masing-masing
validasi
·         Lakukan penilaiai diri

Model Pembelajaran Jurisprudensial


Model Jurisprudensial


1.     Tujuan dan asumsi

Sebagaimana dijelaskan oleh Joyce dan Weil (1986:260-267) model ini memiliki sejumlah kerakteristik. Dasar pemikiran model ini adalah konsepsi tentang masyarakat yang memiliki pandangan dan prioritas yang bebeda mengenai nilai sosial yang secara hukum saling bertentangan satu dengan yang lain. Untuk memecahkan masalah yang kontroversial dalam konteks sosial yang produktif , setiap warga negara perlu mempunyai kemampuan untuk dapat beebicara pada orang lain dan behasil dengan baik melakukan kesepakatan dengan orang lain. Setiap warga negara harus mampu menganalisis secara cerdas dan mengambil contoh masalah sosial yang paling tepat, yang pada hakikiatnya berkenaan dengan konsep keadilan, hak asasi manusia yang memeng menjadi inti dari kehidupan demokrasi. Untuk dapat melakukan aktivitas tersebut diperlukan tiga kemampuan, yakni:
a.      Mengenal dengan baik nilai yang berlaku dalam sistem hukumdan politik yang ada di lingkungan negaranya;
b.      Memiliki seperangkat keterampilan untuk dapat digunakan dalam menjernihkan dan memecahkan masalah nilai; dan
c.       Menguasai atau memilki pengetahuan tentang masalah politik yang besifat kontemporer yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan negaranya.
Hal yang paling tepat digunakan sebagai bidang kajian dalam model ini ialah: konflik rasial dan etnis, konflik idiologi atau keagamaan, keamanan pribadi, konflik antargolongan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan serta keamanan nasional. Lingkup dan tingkat kemampuan dari masing- masing bidang kajian tersebut, tentu saja harus disesuiakan dengan tingkat usia dan lingkungan siswa.
2.     Sintakmatik
Model jurisprudensial ini memilki enam tahap, sebagai berikut.
Tahap pertama : orientasi terhadap kasus
a.      Pengajar memperkenalkan bahan – bahan ;
b.      Pengajar melihat ulang data yang tersedia.
Tahap kedua:mengidentifikasi isu atau kasus
a.      Siswa mensintesiskan fakta-fakta terhadap isu yang dihadapi;
b.      Siswa memilih salah sat isu kebijakan pemerintan untuk di diskusikan;
c.       Siswa mengidetifikasikan nilai-nilai dan konflik nilai; dan
d.      Siswa mengenali fakta yang melatar belakangi isu dan pertanyaan yang didefinisikan.
Tahap ketiga: menetapkan posisi
Siswa menimbang-nimbang posisi atau kedudukannya. Kemudian menyatakan kedudukanya dalam konflik nilai itudalam hubunganya dengannya konsekuensi dari kedudukan itu.
Tahap keempat: mengeksplorasi contoh-contoh dan pola argumentasi.
a.      Menetapkan titik ditempat terlihat adanya perusakan nilai atas dasar data yang diperoleh;
b.      Membuktikan konsekuensi yang diinginkan dari posisi yang dipilih.
c.       Menjernihkan konflik nilai dengan melakukan proese analogi; dan
d.      Menetapkan prioritas dengan cara  membandingkan nilai yang satu dengan nilai yang lain dan mendemonstrasikan kekurangannya bila memiliki salah satu nilai.
Tahap kelima: menjernihkan dan menguji posisi
a.      Siswa menyatakan posisinya dan memberiakn rasional mengenai posisinya dan kemudian menguji sebuah situasi yang serupa; dan
b.      Siswa meluruskan posisinya
Tahap keenam: mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluruskan
a.      Mengidentifikasi asumsi faktual dan menetapkan sesuai tindakannya; dan
b.     Menetapkan konsekuansi yang diperkirakan dan menguji kesahihan faktual dari konsekuensi itu.
3.     Sistem sosial
Struktur dari model ini bervariasi mulai dari yang berstruktur sederhana sampai yang kompleks. Secara umum, pengajar memulai membuka tahapan dan bergerak satu ke tahap yang lainnya tergantung pada kemampuan para siswa uantuk menyelesaikan tugas-tugas belajarnya untuk setiap tahapan setelah siswa mengaami satu kali proses jurisprudensial, diharapkan masing-masing akan dapat melakukannya tanpa bantuan  dari orang lain.
4.     Prinsip reaksi
Reaksi pengajar, terutamayang terjadi pada tahap keempat dan kelima tidak bersifat evaluatif dan tidak menetujui. Apa yang dilakukukan pengajar dalam hal ini hanyalah berupa reaksi terhadap komentar siswa dengan cara memberiakn pertanyaan mengenai relenvansi, kaejegan, kekhususan, atua keumuman dan kejelasan secara definisi. Untuk dapat mengantisipasinilai yang diajukan oleh siswa dan berkenaan dengan hal itu, pengajar harus siap menantang dan melacaknya lebih jauh. Peran pengajar dalam model ini lebih mendekati pada metode dialog gaya Socrates yang memilki ciri dialektis
5.     Sistem pendukung
Bahan utama yang diperlukan dalam model ini adalah sumber-sumber dokumen yang relavan dengan masalah. Seyogyanya disediakan sumber-sumner yang dipublikasikan secara resmi mengenai kasus-kasur faktual. Atau dapat pula pengajarmengembangkan dengan cara merangkum informasi mengenai kasus-kasus dari berbagai sumber informasi yang sangat langka, atau yang memang sukardiperoleh oleh siswa. Didalam menerangkan model ini perlu diperhatikan hal-hal, sepeti tingkat usia siswa dan lingkungan belajar yang ada.
6.     Dampak instruksional dan pengiring
Model jurisprudensialini memiliki dampakintruksional sebagai berikut
a.      Dampak instruksional
Ø  Kerangka untuk menganalisis isu-isu sosial.
Ø  Kemmpuan untuk mengasumsikan peranan orang lain.
Ø  Kemampuan untuk berdialog
b.      Dampak pengiring
Ø  Empathy/ plurasisme
Ø  Fakta tentang maslah sosial
Ø  Kemampuan untuk berpartisipasidan kesediaan untuk melakukan tindakaan sosial.
Untuk kepentingan praktis model ini dapat diadaptasikan dalam bentuk kerangka operasional sebagai berikut.
                          Model jurisprudensial
Kegiatan pengajar
Langkah pokok
Kegiatan siswa
·         Perkenalkan bahan -bahan ;dan
·         Review data tersedia
Orientasi kasus
·         Tentukan dan pilih suatu kasus
·         Ciptakan suasna menantang
Identifikasi masalah
·         Kaitkan fakta dengan kasus;
·         Rumuskan suatu masalah;dan
·         Indentifikasi konflik nilai;
·         Ajukan pertayaan nilai
Penetapan posisi
·         Jejaki berbagai posisi nilai; dan
·         Antisipasi konsekuensi setiap posisi
·         Minta contoh dan alasan
Contoh dan argumentasi
·         Cari variasi contoh yang mendukung posisi yang dipilih; dan
·         Beri arguman atas pilihan nilai
·         Minta satu pilihan nilai
Pengujian posisi
·         Nyatakan satu posisi nilai; dan
·         Beri penalaran atas posisi tersebut
·         Ajukan variasi pelacakan
Pengetesan asumsi
·         Kaji kesahihan posisi nilai yang dipilih